watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

rok Ketat riska

Riska adalah seorang gadis pelajar kelas 3 di
sebuah SMU negeri terkemuka di kota YK. Gadis
yang berusia 17 tahun ini memiliki tubuh yang
sekal dan padat, kulitnya kuning langsat.
Rambutnya tergerai lurus sebahu, wajahnya
juga lumayan cantik.
Dia adalah anak bungsu dari lima bersaudara,
ayahnya adalah seorang pejabat yang kini
bersama ibunya tengah bertugas di ibukota,
sedang kakak-kakaknya tinggal di berbagai kota
di pulau jawa ini karena keperluan pekerjaan atau
kuliah. Maka tinggallah Riska seorang diri di
rumah tersebut, terkadang dia juga ditemani
oleh sepupunya yang mahasiswi dari sebuah
universitas negeri ternama di kota itu.
Sebagai anak ABG yang mengikuti trend masa
kini, Riska sangat gemar memakai pakaian yang
serba ketat termasuk juga seragam sekolah yang
dikenakannya sehari-hari. Rok abu-abu yang
tingginya beberapa senti di atas lutut sudah
cukup menyingkapkan kedua pahanya yang
putih mulus, dan ukuran roknya yang ketat itu
juga memperlihatkan lekuk body tubuhnya yang
sekal menggairahkan.
Penampilannya yang aduhai ini tentu
mengundang pikiran buruk para laki-laki, dari
yang sekedar menikmati kemolekan tubuhnya
sampai yang berhasrat ingin menggagahinya.
Salah satunya adalah Parno, si tukang becak
yang mangkal di depan gang rumah Riska.
Parno, pria berusia 40 tahunan itu, memang
seorang pria yang berlibido tinggi, birahinya
sering naik tak terkendali apabila melihat gadis-
gadis cantik dan seksi melintas di hadapannya.
Sosok pribadi Riska memang cukup supel dalam
bergaul dan sedikit genit termasuk kepada Parno
yang sering mengantarkan Riska dari jalan besar
menuju ke kediaman Riska yang masuk ke
dalam gang.
Suatu sore, Riska pulang dari sekolah. Seperti
biasa Parno mengantarnya dari jalan raya
menuju ke rumah. Sore itu suasana agak
mendung dan hujan rintik-rintik, keadaan di
sekitar juga sepi, maklumlah daerah itu berada di
pinggiran kota YK. Dan Parno memutuskan saat
inilah kesempatan terbaiknya untuk
melampiaskan hasrat birahinya kepada Riska. Ia
telah mempersiapkan segalanya, termasuk lokasi
tempat dimana Riska nanti akan dikerjai. Parno
sengaja mengambil jalan memutar lewat jalan
yang lebih sepi, jalurnya agak jauh dari jalur
yang dilewati sehari-hari karena jalannya
memutar melewati areal pekuburan.
“Lho koq lewat sini Pak?”, tanya Riska.
“Di depan ada kawinan, jadi jalannya ditutup”,
bujuk Parno sambil terus mengayuh becaknya.
Dengan sedikit kesal Riska pun terpaksa
mengikuti kemauan Parno yang mulai
mengayuh becaknya agak cepat. Setelah sampai
pada lokasi yang telah direncanakan Parno, yaitu
di sebuah bangunan tua di tengah areal
pekuburan, tiba-tiba Parno membelokkan
becaknya masuk ke dalam gedung tua itu.
“Lho kenapa masuk sini Pak?”, tanya Riska.
“Hujan..”, jawab Parno sambil menghentikan
becaknya tepat di tengah-tengah bangunan kuno
yang gelap dan sepi itu. Dan memang hujan pun
sudah turun dengan derasnya.
Bangunan tersebut adalah bekas pabrik tebu
yang dibangun pada jaman belanda dan
sekarang sudah tidak dipakai lagi, paling-paling
sesekali dipakai untuk gudang warga. Keadaan
seperti ini membuat Riska menjadi semakin
panik, wajahnya mulai terlihat was-was dan
gelisah.
“Tenang.. Tenang.. Kita santai dulu di sini,
daripada basah-basahan sama air hujan
mending kita basah-basahan keringat..”, ujar
Parno sambil menyeringai turun dari tempat
kemudi becaknya dan menghampiri Riska yang
masih duduk di dalam becak.
Bagai tersambar petir Riskapun kaget mendengar
ucapan Parno tadi.
“A.. Apa maksudnya Pak?”, tanya Riska sambil
terbengong-bengong.
“Non cantik, kamu mau ini?” Parno tiba-tiba
menurunkan celana komprangnya,
mengeluarkan penisnya yang telah mengeras
dan membesar.
Riska terkejut setengah mati dan tubuhnya
seketika lemas ketika melihat pemandangan yang
belum pernah dia lihat selama ini.
“J.. Jaangan Pak.. Jangann..” pinta Riska dengan
wajah yang memucat.
Sejenak Parno menatap tubuh Riska yang
menggairahkan, dengan posisinya yang duduk
itu tersingkaplah dari balik rok abu-abu seragam
SMU-nya kedua paha Riska yang putih bersih itu.
Kaos kaki putih setinggi betis menambah
keindahan kaki gadis itu. Dan di bagian atasnya,
kedua buah dada ranum nampak menonjol dari
balik baju putih seragamnya yang berukuran
ketat.
“Ampunn Pak.. Jangan Pak..”, Riska mulai
menangis dalam posisi duduknya sambil
merapatkan badan ke sandaran becak, seolah
ingin menjaga jarak dengan Parno yang semakin
mendekati tubuhnya.
Tubuh Riska mulai menggigil namun bukan
karena dinginnya udara saat itu, tetapi tatkala
dirasakannya sepasang tangan yang kasar mulai
menyentuh pahanya. Tangannya secara refleks
berusaha menampik tangan Parno yang mulai
menjamah paha Riska, tapi percuma saja karena
kedua tangan Parno dengan kuatnya memegang
kedua paha Riska.
“Oohh.. Jangann.. Pak.. Tolongg.. Jangann..”,
Riska meronta-ronta dengan menggerak-
gerakkan kedua kakinya. Akan tetapi Parno
malahan semakin menjadi-jadi, dicengkeramnya
erat-erat kedua paha Riska itu sambil merapatkan
badannya ke tubuh Riska.
Riska pun menjadi mati kutu sementara isak
tangisnya menggema di dalam ruangan yang
mulai gelap dan sepi itu. Kedua tangan kasar
Parno mulai bergerak mengurut kedua paha
mulus itu hingga menyentuh pangkal paha
Riska. Tubuh Riska menggeliat ketika tangan-
tangan Parno mulai menggerayangi bagian
pangkal paha Riska, dan wajah Riska
menyeringai ketika jari-jemari Parno mulai
menyusup masuk ke dalam celana dalamnya.
“Iihh..”, pekikan Riska kembali menggema di
ruangan itu di saat jari Parno ada yang masuk ke
dalam liang vaginanya.
Tubuh Riska menggeliat kencang di saat jari itu
mulai mengorek-ngorek lubang kewanitaannya.
Desah nafas Parno semakin kencang, dia
nampak sangat menikmati adegan ‘pembuka’ ini.
Ditatapnya wajah Riska yang megap-megap
dengan tubuh yang menggeliat-geliat akibat jari
tengah Parno yang menari-nari di dalam lubang
kemaluannya.
“Cep.. Cep.. Cep..”, terdengar suara dari bagian
selangkangan Riska. Saat ini lubang kemaluan
Riska telah banjir oleh cairan kemaluannya yang
mengucur membasahi selangkangan dan jari-
jari Parno.
Puas dengan adegan ‘pembuka’ ini, Parno
mencabut jarinya dari lubang kemaluan Riska.
Riska nampak terengah-engah, air matanya juga
meleleh membasahi pipinya. Parno kemudian
menarik tubuh Riska turun dari becak, gadis itu
dipeluknya erat-erat, kedua tangannya
meremas-remas pantat gadis itu yang sintal
sementara Riska hanya bisa terdiam pasrah,
detak jantungnya terasa di sekujur tubuhnya
yang gemetaran itu. Parno juga menikmati
wanginya tubuh Riska sambil terus meremas
remas pantat gadis itu.
Selanjutnya Parno mulai menikmati bibir Riska
yang tebal dan sensual itu, dikulumnya bibir itu
dengan rakus bak seseorang yang tengah
kelaparan melahap makanan.
“Eemmgghh.. Mmpphh..”, Riska mendesah-
desah di saat Parno melumat bibirnya. Dikulum-
kulum, digigit-gigitnya bibir Riska oleh gigi dan
bibir Parno yang kasar dan bau rokok itu.
Ciuman Parno pun bergeser ke bagian leher
gadis itu.
“Oohh.. Eenngghh..”, Riska mengerang-ngerang
di saat lehernya dikecup dan dihisap-hisap oleh
Parno.
Cengkeraman Parno di tubuh Riska cukup kuat
sehingga membuat Riska sulit bernafas apalagi
bergerak, dan hal inilah yang membuat Riska
pasrah di hadapan Parno yang tengah
memperkosanya. Setelah puas, kini kedua
tangan kekar Parno meraih kepala Riska dan
menekan tubuh Riska ke bawah sehingga
posisinya berlutut di hadapan tubuh Parno yang
berdiri tegak di hadapannya. Langsung saja oleh
Parno kepala Riska dihadapkan pada penisnya.
“Ayo.. Jangan macam-macam non cantik.. Buka
mulut kamu”, bentak Parno sambil menjambak
rambut Riska.
Takut pada bentakan Parno, Riska tak bisa
menolak permintaannya. Sambil terisak-isak dia
sedikit demi sedikit membuka mulutnya dan
segera saja Parno mendorong masuk penisnya
ke dalam mulut Riska.
“Hmmphh..”, Riska mendesah lagi ketika benda
menjijikkan itu masuk ke dalam mulutnya
hingga pipi Riska menggelembung karena
batang kemaluan Parno yang menyumpalnya.
“Akhh..” sebaliknya Parno mengerang nikmat.
Kepalanya menengadah keatas merasakan
hangat dan lembutnya rongga mulut Riska di
sekujur batang kemaluannya yang menyumpal
di mulut Riska.
Riska menangis tak berdaya menahan gejolak
nafsu Parno. Sementara kedua tangan Parno
yang masih mencengkeram erat kepala Riska
mulai menggerakkan kepala Riska maju mundur,
mengocok penisnya dengan mulut Riska. Suara
berdecak-decak dari liur Riska terdengar jelas
diselingi batuk-batuk.
Beberapa menit lamanya Parno melakukan hal
itu kepada Riska, dia nampak benar-benar
menikmati. Tiba-tiba badan Parno mengejang,
kedua tangannya menggerakkan kepala Riska
semakin cepat sambil menjambak-jambak
rambut Riska. Wajah Parno menyeringai,
mulutnya menganga, matanya terpejam erat
dan..
“Aakkhh..”, Parno melengking, croot.. croott..
crroott..
Seiring dengan muncratnya cairan putih kental
dari kemaluan Parno yang mengisi mulut Riska
yang terkejut menerima muntahan cairan itu.
Riska berusaha melepaskan batang penis Parno
dari dalam mulutnya namun sia-sia, tangan
Parno mencengkeram kuat kepala Riska.
Sebagian besar sperma Parno berhasil masuk
memenuhi rongga mulut Riska dan mengalir
masuk ke tenggorokannya serta sebagian lagi
meleleh keluar dari sela-sela mulut Riska.
“Ahh”, sambil mendesah lega, Parno mencabut
batang kemaluannya dari mulut Riska.
Nampak batang penisnya basah oleh cairan
sperma yang bercampur dengan air liur Riska.
Demikian pula halnya dengan mulut Riska yang
nampak basah oleh cairan yang sama. Riska
meski masih dalam posisi terpaku berlutut,
namun tubuhnya juga lemas dan shock setelah
diperlakukan Parno seperti itu.
“Sudah Pak.. Sudahh..” Riska menangis
sesenggukan, terengah-engah mencoba untuk
‘bernego’ dengan Parno yang sambil mengatur
nafas berdiri dengan gagahnya di hadapan Riska.
Nafsu birahi yang masih memuncak dalam diri
Parno membuat tenaganya menjadi kuat
berlipat-lipat kali, apalagi dia telah menenggak
jamu super kuat demi kelancaran hajatnya ini
sebelumnya. Setelah berejakulasi tadi, tak lama
kemudian nafsunya kembali bergejolak hingga
batang kemaluannya kembali mengacung keras
siap menerkam mangsa lagi.
Parno kemudian memegang tubuh Riska yang
masih menangis terisak-isak. Riska sadar akan
apa yang sebentar lagi terjadi kepadanya yaitu
sesuatu yang lebih mengerikan. Badan Riska
bergetar ketika Parno menidurkan tubuh Riska di
lantai gudang yang kotor itu, Riska yang
mentalnya sudah jatuh seolah tersihir mengikuti
arahan Parno.
Setelah Riska terbaring, Parno menyingkapkan
rok abu-abu seragam SMU Riska hingga setinggi
pinggang. Kemudian dengan gerakan perlahan,
Parno memerosotkan celana dalam putih yang
masih menutupi selangkangan Riska. Kedua
mata Parno pun melotot tajam ke arah kemaluan
Riska. Kemaluan yang merangsang, ditumbuhi
rambut yang tidak begitu banyak tapi rapi
menutupi bibir vaginanya, indah sekali.
Parno langsung saja mengarahkan batang
penisnya ke bibir vagina Riska. Riska menjerit
ketika Parno mulai menekan pinggulnya dengan
keras, batang penisnya yang panjang dan besar
masuk dengan paksa ke dalam liang vagina
Riska.
“Aakkhh..”, Riska menjerit lagi, tubuhnya
menggelepar mengejang dan wajahnya
meringis menahan rasa pedih di
selangkangannya.
Kedua tangan Riska ditekannya di atas kepala,
sementara ia dengan sekuat tenaga melesakkan
batang kemaluannya di vagina Riska dengan
kasar dan bersemangat.
“Aaiihh..”, Riska melengking keras di saat dinding
keperawanannya berhasil ditembus oleh batang
penis Parno. Darah pun mengucur dari sela-sela
kemaluan Riska.
“Ohhss.. Hhsshh.. Hhmmh.. Eehhghh..” Parno
mendesis nikmat.
Setelah berhasil melesakkan batang kemaluannya
itu, Parno langsung menggenjot tubuh Riska
dengan kasar.
“Oohh.. Oogghh.. Oohh..”, Riska mengerang-
ngerang kesakitan. Tubuhnya terguncang-
guncang akibat gerakan Parno yang keras dan
kasar. Sementara Parno yang tidak peduli terus
menggenjot Riska dengan bernafsu. Batang
penisnya basah kuyup oleh cairan vagina Riska
yang mengalir deras bercampur darah
keperawanannya.
Sekitar lima menit lamanya Parno menggagahi
Riska yang semakin kepayahan itu, sepertinya
Parno sangat menikmati setiap hentakan demi
hentakan dalam menyetubuhi Riska, sampai
akhirnya di menit ke-delapan, tubuh Parno
kembali mengejang keras, urat-uratnya
menonjol keluar dari tubuhnya yang hitam kekar
itu dan Parno pun berejakulasi.
“Aahh..” Parno memekik panjang melampiaskan
rasa puasnya yang tiada tara dengan
menumpahkan seluruh spermanya di dalam
rongga kemaluan Riska yang tengah
menggelepar kepayahan dan kehabisan tenaga
karena tak sanggup lagi mengimbangi gerakan-
gerakan Parno.
Dan akhirnya kedua tubuh itupun kemudian
jatuh lunglai di lantai diiringi desahan nafas
panjang yang terdengar dari mulut Parno. Parno
puas sekali karena telah berhasil melaksanakan
hajatnya yaitu memperkosa gadis cantik yang
selama ini menghiasi pandangannya dan
menggoda dirinya.
Setelah rehat beberapa menit tepatnya
menjelang Isya, akhirnya Parno dengan
becaknya kembali mengantarkan Riska yang
kondisinya sudah lemah pulang ke rumahnya.
Karena masih lemas dan akibat rasa sakit di
selangkangannya, Riska tak mampu lagi berjalan
normal hingga Parno terpaksa menuntun gadis
itu masuk ke dalam rumahnya.
Suasana di lingkungan rumah yang sepi
membuat Parno dengan leluasa menuntun
tubuh lemah Riska hingga sampai ke teras
rumah dan kemudian mendudukkannya di kursi
teras. Setelah berbisik ke telinga Riska bahwa dia
berjanji akan datang kembali untuk menikmati
tubuhnya yang molek itu, Parno pun kemudian
meninggalkan Riska dengan mengayuh
becaknya menghilang di kegelapan malam,
meninggalkan Riska yang masih terduduk lemas
di kursi teras rumahnya.


Adult | GO HOME | Exit
1/1231
U-ON

inc Powered by Xtgem.com